Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Cerita Jaman SD [PR Blogger]

Ternyata cerita jaman SD yang pernah gue baca dari bang Asop sama SiiQebo itu tuh berantai yak..  dan gue kedapetan pesen dari SiiQebo buat bikin postingan jaman SD. Wokelahh.. siapa cangcutt, eh tackyuttt :D Gue masuk SD (1994-1995)  *SDN IX Cilegon* belom genap umur 6 tahun. Dulu pas masuk SD, sempet gak dibolehin sama Kepala Sekolahnya. Karena gue gak sekolah TK terlebih dahulu. Tapi, dengan berbekal adeknya ‘Ivan’ ( abang gue, yang juga pernah sekolah di SD ini ) bisa masuk. Hehehehe.. Sampai kelas 2, gue selalu dianter & ditungguin sama nyokap. Tapi pas udah naek kelas 3, gue disuruh berangkat sendiri. Lumayan jauh bok dari Serang ke Cilegon makan waktu 45 menit, apa lagi dulu gue suka sering banget ketiduran pas di angkot.

::GEMPAR::

Udah bulan November tahun 2011, bulan yang lagi musim-musim hujannya tiba. Juga bulan Hari Kesehatan Nasional yang jatoh pada tanggal 12 November 2011. Dan bulan-bulannya UTS sebagian besar di kampus gue. Terkait UTS, ada salah satu mata kuliah gue (read: PPM- Pengorganisasian dan Pengembangan Mayarakat) yang gak ngadain UTS secara tertulis, duduk manis, ngerjain soal gitu. Melainkan, bikin tugas kelompok mengenai aksi damai mengenai “Rokok”. Dan bakalan long march gitu pas tanggal 14 nanti. Gue exiceted bangetttttdddddd *pake D* sama mata kuliah ini buat aksi damai gitu, apa lagi tentang ROKOK , gue pokoknya demen dahh kalo ngebahas rokok. GUE SEBEL AJA GITU, KALO ADA ORANG NGEROKOK DI SEKITAR GUE. APALAGI DIANGKOT!!! *opppppsssss maap capsloknya jebol!!*

Sebuah Tanya

“akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui apakah kau masih berbicara selembut dahulu? memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher kemejaku” (kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram meresapi belaian angin yang menjadi dingin ) “apakah kau masih membelaiku semesra dahulu ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat” (lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita) “apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam  cinta ?” (haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita meng